Cara ini berhasil meningkatkan kehadiran murid di sekolah menjadi 95 persen.
VIVAnews - Sebuah sekolah menengah di California Amerika Serikat menggunakan perangkat navigasi berbasis satelit, Global Positioning Satellite (GPS) untuk melacak keberadaan siswanya yang raib dari kelas.
Seperti dikutip dari media Orange County Register, Anaheim Union High School District awalnya cukup kerepotan dengan siswa-siswanya yang punya kebiasaan bolos dari sekolah. Akhirnya mereka menerapkan sebuah program pilot yang memanfaatkan GPS untuk mengurangi angka bolos sekolah yang cukup tinggi.
Sekolah Anaheim High School District adalah sekolah menengah itu merupakan sekolah pertama di California yang mengikuti program yang akan berlangsung selama enam bulan itu.
"Ide dari program ini adalah agar murid tidak merasa bahwa ini merupakan sebuah hukuman, melainkan merupakan intervensi untuk menolong mereka untuk memiliki kebiasaan yang lebih baik untuk masuk sekolah," kata Miller Sylvan, Regional Director for AIM Truancy Solutions.
Siswa dan orang tua murid harus terlebih dahulu menandatangani surat perjanjian untuk mengikuti program secara sukarela. Setiap murid Kelas 7 dan 8 (setingkat SMP kelas 1 dan 2) yang absen tanpa alasan selama 4 hari atau lebih, bisa mengikuti program ini.
Setiap pagi di hari sekolah, siswa akan mendapat telepon yang mengingatkan agar mereka berangkat ke sekolah. Lalu, lima kali sehari, mereka harus memasukkan koordinat dari GPS agar keberadaan mereka bisa dilacak. Yakni saat berangkat sekolah, saat tiba di sekolah, saat makan siang, saat meninggalkan sekolah, dan pada pukul 8 malam.
Siswa juga ditugaskan untuk hadir pada sesi adult coach tiga kali sepekan, untuk mengetahui perkembangan dan cara yang efektif agar mereka bisa masuk sekolah tepat waktu.
Oleh karenanya, siswa-siswa yang mengikuti program, akan diberikan perangkat GPS seharga US$300-400 (sekitar Rp 2,6 juta - Rp 3,5 juta). Sebelum ini, sekolah-sekolah di San Antonio dan Baltimore juga telah menerapkan program ini.
Hasilnya, kehadiran murid di sekolah-sekolah itu meningkat dari 77 persen menjadi 95 persen, selama program tersebut. Namun, program tersebut tak sepenuhnya direspon positif oleh semua kalangan.
Menyuruh anak-anak membawa sesuatu yang bisa melacak lokasi mereka, kelihatannya cukup ekstrim. Ini membuat kami seperti seorang kriminil," kata Raphael Garcia, siswa kelas 6 yang telah enam kali absen tanpa keterangan yang bisa ditolerir.
Senada dengan Garcia, Juan Cruz, siswa Dale Junior High School. Saat ditanya, apakah ia akan menggunakan GPS untuk memberitahukan lokasinya, Raphael mengatakan, "Tidak."
Setidaknya, Cruz yang telah lima kali absen yang tak ditolerir, mengatakan ia akan menjaga GPS itu di kantungnya, agar tidak hilang. Sebab, bila GPS itu hilang, orang tuanya akan diminta untuk mengganti GPS yang hilang. "Saya pikir ini ide yang baik untuk menolong dia," kata Cristina Cruz, ibu Raphael.
vivanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar